Wednesday, February 27, 2008

another tragedy

Baca dulu
Chapter 1

chapter 2

Lepas dari Politeknik yang nun jauh di puncak tembalang, akhirnya terdampar juga dia di Atmodirono.
Di Kampus Universitas Semarang. Universitasnya Jawa Tengah. [maaf kayaknya salah...jadi ingat tagline tv dan koran]
Nggak tanggung-tanggung Jurusan Teknik Elektro Arus Lemah sasarannya.

Logikanya...resiko yang dihadapi akibat cacat lahir bawaannya, akan lebih dapat diminimalisir.
Kesalahan membedakan warna di jurusan elektro arus lemah paling banter hanya mengakibatkan pingsan, lain lagi jika dia milih jurusan teknik elektro arus kuat, kematianlah resikonya.
Logis...sangat logis.

Dan disinilah dia, duduk manis dengan pensil ditangan.
Sibuk dengan soal ujian masuk yang dirasa mudah...sangat mudah malah.
Bukannya nyombong, tapi 10 menit yang lalu dia udah selesai dengan soal-soalnya.
Dan sekarang dia lagi ngelamun, sambil kadang-kadang melihat ke sekelilingnya.
Menangkap wajah panik, serius, atau bahkan hal iseng seperti yang dilakukan cowok ber-gips disebelahnya, yang setiap kali berhenti nulis pasti ngupil, dan setelah berhenti ngupil pasti mengoleskannya di lengannya yang ber-gips.
hohohoo....daripada tambah stres ngeliat sekelilingnya, mendingan cabut ajah, dan beranjaklah dia dari tempat duduknya.

Waktu pengumuman gelombang pertama pun tiba..dan disinilah dia, duduk manis diberanda USM [kali ini tanpa pensil ditangan],
menunggu pengumuman dipasang dipapan.
Sesaat kemudian muncul sosok didepannya, sosok yang seperti pernah dilihat sebelumnya.
Jelas dia ingat Gips itu. [pembaca juga ingat khan??]
eh...tapi kayaknya bukan juga.....
gips nya laen.
Yang ini gipsnya nggak putih...lebih suram.....lebih......ehm...
ya..yaa..yyaaaaaaaa.......gotcha!!!
Ah...kenapa nggak sedari tadi dia memperhatikan keanehan yang laen??
Kenapa dia hanya terfokus pada Gips ditangan kirinya.
Bukankah lebih mencolok kalau melihat seorang cowok yang berjalan dengan telunjuk tertancap didalam lubang hidungnya???

Dan ini pulalah yang menjelaskan kenapa gips itu berubah warna.
Tapi, pertanyaan selanjutnya adalah berapa banyak upil yang dibutuhkan? Berapa kalori yang dihabiskan untuk melakukan tindakan repetitif itu??
stop..stop...blom juga jadi mahasiswa, knapa mikir yang nggak-nggak??
Dan lagi cowok itu sudah tiba dihadapannya....dengan tampang aneh....
yang seolah-olah menyiratkan....apa ini orang yang membikin lenganku patah?
apa dia yang menabrakku saat aku asyik ngupil??

Namun wajah cowok itu berubah mendadak, seperti orang yang lega setelah boker dengan puas.
Tiba-tiba cowok itu bertanya sambil menunjuk, mengeluarkan jari dari sarangnya hidungnya.
"Mas yang waktu tes dulu pulangnya paling awal khan??"
"Mas yang suka naroh upil di gips khan??" hampir aja dia balas menjawab seperti itu, tapi akal sehat memerintahkan hal lain.
Jadi dia lebih memilih menggeser duduknya sambil tersenyum dari pada menerima ajakan bersalaman dari cowok itu.

Tak lama kemudian terjadilah obrolan seru diantara mereka, mulai dari bioskop sampai bokep,
tapi tak lama kemudian [juga] lembar pengumuman hasil seleksi telah ditempel. Dan berbondong-bondonglah para penunggu segera menyerbu papan [pengumuman?]
"yuk ngliat..." ajak Cowok tukang ngupil [CTN]
"sekarang??"
"iya lah"
"rame-rame gini??"
"gak papa, malah asyik, banyak temennya"
"eh..enggak ah......malu tau"
"gw gak pernah nonton begituan.....apalagi rame-rame begini"
"hah...lha terus mau nonton kapan?? ntar malem?? nunggu sepi??"
"hmm...gimana ya.........................boleh deh..."
"halaaaahh.....lha ngapain juga kamu dateng kesini pagi-pagi??? kalo pengen ngliatnya malem-malem nanti???
........
........
"bentar, kita ini ngomongin apa sih???"
"bokep...."
alaaaaaaahhhhhhh......ini soal pengumuman itu loh!!!
tanpa sempat lagi menghindar, mampirlah telunjuk ber-upil itu di rambut dia yang ber-brylcream.

Beranjaklah mereka berdua kearah teman2 senasib yang masih bergerombol disekitar papan pengumuman itu.
Dan seolah-olah ada aba-aba, menyibaklah gerombolan itu, memberi jalan pada mereka berdua.
"ah, mereka baik sekali, mereka sangat toleran pada orang cacat seperti aku ini" batin si cowok ber-gips.
Tapi lain lagi yang tercetus dalam batin rekan sebelahnya,
"ah, mereka ternyata juga tahu, kalau gips itu penuh dengan upil"

.................
Matanya masih menatap tiga kata bagian dari namanya yang bertengger di urutan paling atas daftar yang diterima di Fakultas Elektro Arus Lemah.
Tidak membuatnya bangga sama sekali.
Pikirannya malah melayang-layang kemana-mana.
Tidak dipedulikannya jari-jari cowok tukang ngupil yang terus mengusap-usap rambut berbrylcream dikepalanya, sambil terus mengucapkan beribu kata pujian.
Didalam benaknya sedang berkecamuk pikiran-pikiran buruk, konsekuensi bila dia jadi masuk difakultas ini.
Satu, dia masih belum jelas kriteria tentang Arus Lemah? Benar-benar lemah atau CUKUP lemah??
Intinya sekarang.....jangan ambil resiko.
Dua, kalau dia jadi sohib akrab dengan cowok tukang ngupil ini [yg ternyata keterima juga], bukan tidak mungkin rambut hitam berbrylcream miliknya akan berubah warna.
Dan ketiga, disini, dengan begitu gencarnya godaan nonton bokep, sampai kapan keperjakaannya sanggup dia pertahankan?? dan mau dibawa kemana mental bangsa ini kalau mahasiswanya ternyata tukang nonton bokep dan tukang ngupil??
Toh selain USM ini dia juga mendaftar di D3 Ekonomi Undip.
Akhirnya, Mantap sudah pilihannya untuk meninggalkan masadepan sebagai Sarjana Teknik.
[dampak positif dari keputusannya ini, pada akhirnya dia juga bisa menunda nonton bokep untuk pertama kalinya, hingga semester 2]

No comments: