Wednesday, February 27, 2008

Tes Masuk Perguruan Tinggi

Baca dulu
Chapter 1
Chapter 2

Chapter 3

Seorang pemuda tampan berjalan dengan santai di auditorium Undip.
Mungkin inilah perhentian terakhirnya dalam upaya nambah ilmu.
Kalo yang inipun nggak lolos...terpaksa deh setaon dia bantuin mamah jualan es dirumah.

[ini bukan double posting, tapi cuman untuk mengingatkan pembaca bahwa tokoh dalam cerita ini adalah seorang pemuda tampan]

Masuklah dia dari pintu barat paling selatan auditorium Undip. Hari ini tes kesehatan.
Berderet-deret meja telah disiapkan untuk tes masal ini.
Duduklah dia dihadapan seorang panitia.
Hampir saja dia shock, mahluk dihadapannya mirip banget dengan bapak-bapak panitia yang berkacamata di politeknik.
Kejadian di politeknik masih membekas dibatinnya.
Akhirnya dia bisa menguasai diri, memantapkan hatinya demi kuliah. Pilihan yang jelas-jelas lebih menjanjikan daripada jualan Es.

"Mulai dik....ini apa?" .
Gambar 1
Maksudnya pak?
Bisa lihat ini?
bisa pak...
Apa??
totol-totol...
eh...dalmatian" Dia meralat jawabannya, secara "totol-totol" terdengar kurang keren dan kurang ilmiah untuk jawaban seorang calon mahasiswa.
waduh......
Kalau yang ini??' tanya panitia sambil membuka lembar berikutnya.
Gambar 2
sama pak, tapi warnanya beda..
waduh....
eh...itu tolong ambilkan buku yang itu' pinta Bapak panitia pada rekan di meja sebelahnya.
Nah...kalo yang ini?
Gambar 3
ehm...sama pak...
WADUH....
kenapa pak??
Gak papa....eh itu tolongin ambilin yang satu lagi' pinta bapak panitia lagi.
Yang ini ?? gimana??
Gambar 4
sama pak.....mungkin lebih cerah
"arggh..."
serasa dejavu.....Bapak-bapak panitia itu melepas kacamatanya, dengan gerak lambat menutupi wajah kuyunya dengan kedua tangannya....

'jurusan apa to mas?'
'ekonomi akuntansi pak'
'oooo.....ya sudah..., ini' sahut bapak panitia sambil menstempel formulirnya.
'gimana pak? lolos?' tanya dia sambil menerima formulir berstempel tadi.
'oh...itu ngantri disana.....ada tes selanjutnya' jawab bapak panitia sambil menunjuk ke deretan anak-anak yang duduk dikursi.
Bergabunglah dia dengan sekelompok pemuda di tempat antrean.
Iya, cuman pemuda. Pemudinya diungsikan ditempat laen. Dibedain. Enggak campur.
Masing-masing pemuda memegang formulir yang sekaligus sebagai nomor antrian untuk tes berikutnya.
Dan dia dengan santainya mengipas-kipaskan formulir itu mengusir panas.
Sebenarnya dia rada kekhi sama cowok sebelahnya, yang terus-terusan melirik ke arahnya.
'something wrong with me??'
'jangan-jangan tuh cowok Gay'
'huh...gw kan normal, gak ngliat apa cara ngangkang gw?'
'ato gara-gara cara ngipas gw?? masak ngipas gini dikirain bencong?'

wedew....mendingan berhenti dah ngipas-ngipasnya.

Tiba-tiba cowok itu menyapanya...
'maaf mas, itu formulirnya boleh liat?'
'boleh, buat apa emang??
'mau ngipas juga??'
'oh...enggak, kok mas dapet stempel ini??
'saya kok gak dapet yak??'
'stempel? yang mana ya?? diperhatikannya formulir yang tadi sempet berpindah tangan.

nama : Paririan Indri Maharsi
dan sebuah stempel CB besar dipojok kanan bawah.
[iya...ini gw, sudah terjawabkan siapa sesungguhnya pemuda tampan misterius yang jadi tokoh cerita ini??hihiii....]

ini kan dapatnya di tes pertama tadi?? emang mas gak dapet?? tanya gw.
'Enggak tuh'
'saya juga enggak.....'sahut yang laen
dan ributlah antrean itu.....
saling cek,
dan semua yang lagi ngantre nggak ada yang dapet stempel.
Makin paniklah mereka.
Yang namanya murid baru, ketika salah satu dapet stempel dan lainnya tidak, pastilah bingung.
'mungkin stempel ini pengesahan untuk ke test berikutnya kali....' lanjut gw menambahkan.
Dan tambah paniklah mereka mendengarnya.
Akhirnya ada 2 orang yang berinisiatif nanya ke panitia, balik lagi ke tempat test pertama.
Dan gw kembali mengipas-ngipaskan formulir itu, kali ini dengan lebih demonstratif.
Jujur aja, gw juga nggak ngerti arti stempel CB itu.

Tunggu punya tunggu, baliklah delegasi dari kelompok mayoritas yang tidak dapat stempel tadi
Kali ini dengan tampang yang tidak sepanik berangkat tadi, ngelihat ini, perasaan gw jadi nggak enak.
'gimana...gimana??? tanya yang laen.
'ooo.....gapapa.....kita aman, itu stempel khusus untuk yang buta warna'
CB for Color Blind
hohoooohooooooo.......
pucatlah gw, deg-degannya sekarang pindah ke gw.


Untungnya gw bisa melewati tes2 berikutnya.
Alhamdulillah gw akhirnya jadi mahasiswa, dan nggak jadi bantuin mamah jualan Es.

oya..untuk kalian yang penasaran sama tes diatas, silahkan coba kemampuan anda dengan “ Tes Buta Warna“ ini
Gambar 1


Gambar 2


Gambar 3


Gambar 4

7 comments:

budi maryono said...

Dari seluruh cerita ini, aku paling suka ketika kau buka siapa gerangan si pemuda tampan. Huwakakak!

Anonymous said...

Eyang Kakungku kayaknya juga CB. Tapi tetep tampan, hehehe.

PS. Lagune mayan, om

Anonymous said...

sing tampan kui sopo mas... ? :D

sesy said...

ooo CB itu color blind tho, gek ngeh.

angin-berbisik said...

ooo, pantesan kita sempat eyel2an di YM tentang apa warna baju yg dipakai cewek yg interview di kantormu hehehe

Nining Sutrisnaningsih said...

dulu pas mau test masuk ke politeknik.. ada tahap test buta warna yang merupakan test buta warna pertama kali buat saya..

ditanya "mbak ini nomor berapa?"..
akune sing "hahh?.. apa to pak?.. nomor apa to pak??"..
bapaknya sing mbatin mesti .. wis cah iki buta tenan!!..
basan sadar langsung lab leb.. "empat belas.."..."dua puluh satu"...

dan saya keterima,.. cuman saya terkadung masuk sastra undip waktu itu..
anaknya bapak saya yang ragil memang pinter!!!!!

Anonymous said...

untung cowok tampak, bukan cewektulen...